1

Koalisi Pendidikan Bangsa dan Pengembangan Bakat di Era Konseptual

Posted by dunia rere on 4:51 PM in
Menengok beberapa dekade perkembangan jaman hingga abad ke-21 ini, kita semua telah berada di era konseptual. Pada suatu kesempatan saya mengikuti sebuah pelatihan Kurikulum 2013 di Madrasah Tsanawiyah di daerah Jabodetabek. Seorang trainer yang luar biasa yakni Bapak Yudhi Munadi, MA memaparkan dalam slide nya, bahwa terdapat 6 kecerdasan yang dibutuhkan pada era konseptual ini. Apa sajakah itu?

Yang pertama adalah design, yang mana pada masa ini dalam menciptakan suatu produk barang atau jasa tidak hanya bersifat fungsional, namun harus dibarengi dengan adanya unsur estetika dan desain. Kedua, story. Pada era yang penuh informasi ini sangat perlu terhadap komunikasi yang baik, persuasi dan pemahaman, yang membuat semuanya menjadi suatu kisah menarik dan sulit untuk dibantah. Ketiga, Symphony, yang mana merupakan suatu kemampuan untuk mengembangkan dan mengkombinasikan bagian-bagian yang terpisah ke sebuah satuan baru yang mengesankan dan menarik. Keempat adalah Empathy, selain logika, kita membutuhkan suatu kemampuan pemahaman yang baik terhadap teman, ataupun orang lain. Selanjutnya adalah Play, yang mana keseriusan harus diselingi dengan sikap selalu tenang dan humoris, karenanya dalam era ini kita perlu untuk selalu bermain. Dan yang terakhir adalah Meaning, yakni Kita hidup haruslah memiliki tujuan hidup, transendensi dan pemenuhan spiritual .

Enam kecerdasan di era konseptual ini seharusnya mampu memberikan kekuatan bagi kita untuk berubah, termasuk kepada kualitas pendidikan di negeri tercinta kita yakni Indonesia. Seringkali, kita mengeluh tentang betapa buruknya pendidikan Indonesia yang semakin memperluas kenakalan-kenakalan remaja. Seperti seks bebas, tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan lain sebagainya. Berbagai opini negatif juga bermunculan, memberikan kritik pedas terhadap sistem pendidikan Indonesia yang selalu berubah-ubah kurikulum. Padahal, tidak seluruhnya isu negatif tentang pendidikan Indonesia itu benar berdampak buruk pada kehidupan rakyat Indonesia.

Kita memang memiliki banyak kekurangan, namun tidak sepatutnya kita membenamkan diri untuk tenggelam dalam perbaikan kekurangan-kekurangan yang ada saja. Sedangkan kita juga memiliki banyak potensi dan bakat yang bisa kita kembangkan, dan hal ini mampu untuk menutupi semua kekurangan yang ada tanpa kita bersusah payah hanya memperbaikinya. Indonesia sendiri memiliki banyak potensi dan bakat yang mampu dikembangkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Para lapisan masyarakat ini hanya perlu untuk bersama-sama saling mewujudkan dan saling membantu, bukan berusaha secara individual. Sehingga krisis negara semakin meningkat dalam berbagai aspeknya.

Seperti yang terlihat mencolok adalah terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi  masyarakat Indonesia. Dan kesenjangan ini mengakibatkan perbedaan pemerolehan pendidikan bagi generasi bangsa sesuai level kehidupannya. Pendidikan dengan kualitas internasional hanya bisa dinikmati oleh mereka pada level atas, yang mana bagi mereka yang berasal dari masyarakat elite. Sedangkan bagi mereka pada level menengah dan ke bawah hanya mendapat kualitas pendidikan berstandar biasa saja, bahkan nyaris kurang. Dalam hal ini menunjukkan bahwa seakan-akan penentu sebuah kualitas pendidikan adalah uang. Berbagai program pemerataan pendidikan pun sudah banyak dicanangkan pemerintah, namun hingga sekarang pemerataan tersebut masih kurang dirasakan adanya.

Memang banyak kekurangan yang dimiliki, namun sekali lagi kita hanya harus terus menggali bakat dan potensi yang ada dan mengembangkannya. Dalam dunia pendidikan khususnya, perlu perhatian penuh terhadap pengembangan bakat dan potensi ini. Hal inilah yang mampu menanamkan karakter positif masing-masing para generasi bangsa. Mengapa tidak? Dengan berkembangnya potensi dan bakat yang sesuai keinginan, akan lebih mudah membentuk pribadi yang positif dan berkarya sesuai minatnya. Dan hal ini tentunya akan lebih mudah untuk penanaman karakter bagi mereka. Terlebih lagi, budaya-budaya asing telah banyak merasuki sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Adanya budaya-budaya asing tersebut hanya perlu pemfilteran yang ketat. Kita tidak perlu lari dan membuang jauh-jauh budaya-budaya tersebut, karena pada sebagian besar budaya tersebut sangat dibutuhkan bagi kemajuan pendidikan Indonesia sendiri. Contoh kecilnya adalah pengembangan smartphone dan internet.

Kita tidak bisa memungkiri bahwa kita tidak bisa lepas dari dunia internet. Untuk mengakses semua kebutuhan hidup sekarang banyak dilakukan dengan jaringan internet. Seharusnya dengan perkembangan minat masyarakat terhadap penggunaan internet ini, kualitas kehidupan yang semakin modern pun mampu menghasilkan paradigma pendidikan yang modern dan berkualitas pula. Siswa bisa belajar dengan mandiri dan mencari tahu banyak hal melalui adanya internet ini. Tentu saja, pengetahuan mereka bisa semakin mudah meningkat dan meluas ke seluruh cakrawala wawasan dunia. Namun mirisnya, penyalahgunaan terhadap hal-hal positif ini menjadi hal-hal negatif yang akhirnya memicu banyak kegagalan pendidikan yang sudah diberikan. Sebut saja, semakin maraknya tindak asusila dan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan, dikarenakan mudahnya mereka mengakses tontonan dan wacana tentang hal tersebut tanpa ada pengawasan dari lingkungan. Hal ini tetunya menampar nilai-nilai pendidikan yang telah diajarkan, dan menggeser semua nilai-nilai moral yang telah ditanamkan.

Berbicara bakat dan potensi, para generasi muda masyarakat Indonesia dengan segala fasilitas internet yang mendunia, sepertinya semakin mampu mengasah bakat dan potensi mereka semua dengan baik. Khususnya bakat dalam dunia maya. Karena tentunya mereka tidak terlepas dari penggunaan situs dunia maya pada kesehariaannya, seperti facebook, twitter, blog, path, dan lain sebagainya. Mereka bisa dengan leluasa mencurahkan perasaan hati di dunia maya tersebut. Walaupun begitu, segalanya pasti memiliki dua sisi yang berbeda. Ada siang ada malam, ada kanan ada kiri. Dalam satu sisi bisa menjadi kawan, dan dalam sisi lainpun bisa menjadi boomerang. Sebagai gambaran lebih lanjut terkait hal ini, saya pernah menuliskan curahan hati dalam Essai pendek tentang “Dilema Facebook; Antara Kawan dan Lawan” di blog saya. Kita sebagai pengguna facebook, kitalah yang menentukan tempat facebook sebagai kawan yang menjadi tempat melabuhkan inspirasi jiwa pada deretan bahasa. Atau bertempat sebagai lawan yang membunuh kehidupan sosial nyata kita secara perlahan dan tergantikan dengan kehidupan dunia maya. Begitupun dengan hal lain yang senada dengan faceebook di dunia maya tentunya berlaku sama.

Meskipun begitu, banyak bakat dan potensi yang dapat digali dari candu dunia maya ini. Seperti bakat menulis, mengolah kata, mendesain, mengolah gambar, dan masih banyak lagi. Kita hanya perlu terus menerus mengasahnya dan mengembangkannya, asalkan hal tersebut bernilai positif. Dalam sebuah film Jepang yang berjudul “I Not Stupid Too 2” karya Jack Neo diungkapkan sebuah kalimat super dari seorang guru bijak, yakni “Fokuslah pada Bakat, bukan pada Kekurangannya.”

Senada dengan hal di atas, Profesor BJ. Habibie, Presiden Republik Indonesia Ke-3 dalam E-Magazine mengungkapkan juga bahwa kunci keberhasilan yang harus dimiliki individu yang ingin mencapai kesuksesan adalah Kebudayaan, Agama, dan IPTEK.


Oleh karena itu, demi menuntaskan segala permasalahan bangsa khususnya pendidikan di era konseptual ini, kita hanya perlu mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki, tanpa sibuk hanya fokus memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Selain itu, haruslah dibarengi dengan penguatan keimanan kita semua kepada Tuhan Yang Maha Esa agar menjadikan insan yang memiliki wawasan luas, hard skill yang memadai, serta soft skill yang mendukung. Keteladanan dalam hal ini sangatlah dibutuhkan, baik bagi orang tua, guru, maupun masyarakat sekitar agar terwujud cita-cita bersama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai penutup, saya pernah membaca sebuah kata motivasi yakni “Life is a struggle, there is no life without a struggle.” Hidup adalah perjuangan, tidak ada hidup tanpa perjuangan. Maka, kita sebagai manusia yang sadar dan peduli terhadap pendidikan, marilah kita memperjuangkan pendidikan bangsa kita menuju cita-cita bersama. (Hidayatus Syarifah)

|

1 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 Dunia Rere All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.