1
Koalisi Pendidikan Bangsa dan Pengembangan Bakat di Era Konseptual
Posted by dunia rere
on
4:51 PM
in
Artikel Ku

Yang
pertama adalah design, yang mana pada masa ini dalam menciptakan
suatu produk barang atau jasa tidak hanya bersifat fungsional, namun harus dibarengi
dengan adanya unsur estetika dan desain. Kedua, story. Pada era
yang penuh informasi ini sangat perlu terhadap komunikasi yang baik, persuasi
dan pemahaman, yang membuat semuanya menjadi suatu kisah menarik dan sulit
untuk dibantah. Ketiga, Symphony, yang mana merupakan suatu
kemampuan untuk mengembangkan dan mengkombinasikan bagian-bagian yang terpisah
ke sebuah satuan baru yang mengesankan dan menarik. Keempat adalah Empathy,
selain logika, kita membutuhkan suatu kemampuan pemahaman yang baik terhadap
teman, ataupun orang lain. Selanjutnya adalah Play, yang mana keseriusan
harus diselingi dengan sikap selalu tenang dan humoris, karenanya dalam era ini
kita perlu untuk selalu bermain. Dan yang terakhir adalah Meaning,
yakni Kita hidup haruslah memiliki tujuan hidup, transendensi dan pemenuhan
spiritual .
Enam
kecerdasan di era konseptual ini seharusnya mampu memberikan kekuatan bagi kita
untuk berubah, termasuk kepada kualitas pendidikan di negeri tercinta kita
yakni Indonesia. Seringkali, kita mengeluh tentang betapa buruknya pendidikan
Indonesia yang semakin memperluas kenakalan-kenakalan remaja. Seperti seks
bebas, tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan lain sebagainya. Berbagai opini
negatif juga bermunculan, memberikan kritik pedas terhadap sistem pendidikan
Indonesia yang selalu berubah-ubah kurikulum. Padahal, tidak seluruhnya isu
negatif tentang pendidikan Indonesia itu benar berdampak buruk pada kehidupan
rakyat Indonesia.
Kita memang
memiliki banyak kekurangan, namun tidak sepatutnya kita membenamkan diri untuk
tenggelam dalam perbaikan kekurangan-kekurangan yang ada saja. Sedangkan kita
juga memiliki banyak potensi dan bakat yang bisa kita kembangkan, dan hal ini
mampu untuk menutupi semua kekurangan yang ada tanpa kita bersusah payah hanya
memperbaikinya. Indonesia sendiri memiliki banyak potensi dan bakat yang mampu
dikembangkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Para lapisan masyarakat ini hanya
perlu untuk bersama-sama saling mewujudkan dan saling membantu, bukan berusaha
secara individual. Sehingga krisis negara semakin meningkat dalam berbagai
aspeknya.
Seperti
yang terlihat mencolok adalah terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Dan kesenjangan ini
mengakibatkan perbedaan pemerolehan pendidikan bagi generasi bangsa sesuai
level kehidupannya. Pendidikan dengan kualitas internasional hanya bisa
dinikmati oleh mereka pada level atas, yang mana bagi mereka yang berasal dari
masyarakat elite. Sedangkan bagi mereka pada level menengah dan ke bawah hanya
mendapat kualitas pendidikan berstandar biasa saja, bahkan nyaris kurang. Dalam
hal ini menunjukkan bahwa seakan-akan penentu sebuah kualitas pendidikan adalah
uang. Berbagai program pemerataan pendidikan pun sudah banyak dicanangkan
pemerintah, namun hingga sekarang pemerataan tersebut masih kurang dirasakan
adanya.
Memang
banyak kekurangan yang dimiliki, namun sekali lagi kita hanya harus terus
menggali bakat dan potensi yang ada dan mengembangkannya. Dalam dunia
pendidikan khususnya, perlu perhatian penuh terhadap pengembangan bakat dan
potensi ini. Hal inilah yang mampu menanamkan karakter positif masing-masing
para generasi bangsa. Mengapa tidak? Dengan berkembangnya potensi dan bakat
yang sesuai keinginan, akan lebih mudah membentuk pribadi yang positif dan
berkarya sesuai minatnya. Dan hal ini tentunya akan lebih mudah untuk penanaman
karakter bagi mereka. Terlebih lagi, budaya-budaya asing telah banyak merasuki
sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Adanya budaya-budaya asing tersebut hanya
perlu pemfilteran yang ketat. Kita tidak perlu lari dan membuang jauh-jauh
budaya-budaya tersebut, karena pada sebagian besar budaya tersebut sangat dibutuhkan
bagi kemajuan pendidikan Indonesia sendiri. Contoh kecilnya adalah pengembangan
smartphone dan internet.
Kita
tidak bisa memungkiri bahwa kita tidak bisa lepas dari dunia internet. Untuk
mengakses semua kebutuhan hidup sekarang banyak dilakukan dengan jaringan
internet. Seharusnya dengan perkembangan minat masyarakat terhadap penggunaan
internet ini, kualitas kehidupan yang semakin modern pun mampu menghasilkan
paradigma pendidikan yang modern dan berkualitas pula. Siswa bisa belajar dengan
mandiri dan mencari tahu banyak hal melalui adanya internet ini. Tentu saja,
pengetahuan mereka bisa semakin mudah meningkat dan meluas ke seluruh cakrawala
wawasan dunia. Namun mirisnya, penyalahgunaan terhadap hal-hal positif ini menjadi
hal-hal negatif yang akhirnya memicu banyak kegagalan pendidikan yang sudah
diberikan. Sebut saja, semakin maraknya tindak asusila dan kekerasan yang
terjadi di lingkungan pendidikan, dikarenakan mudahnya mereka mengakses
tontonan dan wacana tentang hal tersebut tanpa ada pengawasan dari lingkungan.
Hal ini tetunya menampar nilai-nilai pendidikan yang telah diajarkan, dan
menggeser semua nilai-nilai moral yang telah ditanamkan.
Berbicara
bakat dan potensi, para generasi muda masyarakat Indonesia dengan segala
fasilitas internet yang mendunia, sepertinya semakin mampu mengasah bakat dan
potensi mereka semua dengan baik. Khususnya bakat dalam dunia maya. Karena tentunya
mereka tidak terlepas dari penggunaan situs dunia maya pada kesehariaannya,
seperti facebook, twitter, blog, path, dan lain sebagainya. Mereka bisa dengan
leluasa mencurahkan perasaan hati di dunia maya tersebut. Walaupun begitu,
segalanya pasti memiliki dua sisi yang berbeda. Ada siang ada malam, ada kanan ada kiri.
Dalam satu sisi bisa menjadi kawan, dan dalam sisi lainpun bisa menjadi boomerang. Sebagai gambaran
lebih lanjut terkait hal ini, saya pernah menuliskan curahan hati dalam Essai
pendek tentang “Dilema Facebook; Antara Kawan dan Lawan” di blog saya. Kita
sebagai pengguna facebook, kitalah yang menentukan tempat facebook sebagai
kawan yang menjadi tempat melabuhkan inspirasi jiwa pada deretan bahasa. Atau
bertempat sebagai lawan yang membunuh kehidupan sosial nyata kita secara
perlahan dan tergantikan dengan kehidupan dunia maya. Begitupun dengan hal lain
yang senada dengan faceebook di dunia maya tentunya berlaku sama.
Meskipun
begitu, banyak bakat dan potensi yang dapat digali dari candu dunia maya ini. Seperti
bakat menulis, mengolah kata, mendesain, mengolah gambar, dan masih banyak
lagi. Kita hanya perlu terus menerus mengasahnya dan mengembangkannya, asalkan
hal tersebut bernilai positif. Dalam sebuah film Jepang yang berjudul “I Not
Stupid Too 2” karya Jack Neo diungkapkan sebuah kalimat super dari seorang
guru bijak, yakni “Fokuslah pada Bakat, bukan pada Kekurangannya.”
Senada
dengan hal di atas, Profesor BJ. Habibie, Presiden Republik Indonesia Ke-3
dalam E-Magazine mengungkapkan juga bahwa kunci keberhasilan yang harus
dimiliki individu yang ingin mencapai kesuksesan adalah Kebudayaan, Agama, dan
IPTEK.
.jpg)